Perbandingan Wirausahawan dengan Karyawan
Memilih karir sebagai wirausahawan atau
karyawan bagi anak muda tentunya mengandung konsekuensi masing-masing.
Meskipun saat ini masih berada di bangku sekolah, tidak ada salahnya
mulai memikirkan karir apa yang di tekuni nanti. Lebih bagus lagi di
usia sekolah sudah mulai mengasah sense of entreprenuer baik melalui usaha kecil-kecilan ataupun dengan membantu bisnis orang lain, tentunya dengan tidak mengabaikan sekolah.
Pegawai dan Wirausahawan mempunyai
hal-hal yang berbeda. Mulai dari segi profit, resiko, waktu, sampai
dengan pola fikir. Wirausahawan cenderung bisa menentukan penghasilannya
sendiri meskipun tidak selalu dapat memprediksinya. Mengapa? Karena
seorang wirausahawan menggantungkan pendapatannya kepada dirinya
sendiri. Sedangkan seorang pegawai menggantungkan pendapatannya kepada
perusahaan tertentu. Misalnya, dalam kontrak tertulis bahwa pegawai
tersebut akan menerima gaji sebesar Rp.2juta
per bulannya selama 6 bulan kontrak masa kerjanya. Maka, untuk 6 bulan
kedepannya pun pendapatannya akan tetap selalu sama. Adapun jika ingin
pendapatannya agak lebih besar, maka seorang pegawai harus mengambil
kerja lembur atau kerja paruh waktu. Ironisnya, kerja lembur dan kerja
paruh waktu ini menghabiskan banyak waktu dan tenaga yang seharusnya di
pakai untuk bersantai dan menikmati hidup.

Jam kerja pegawai. sumber: http://comerecommended.com
Dalam segi waktu, seorang pegawai sudah
di tentukan jam kerjanya yang biasanya jam kerjanya dari jam 9 pagi
sampai 5 sore, bahkan ada yang lebih lama dari itu. Sedangkan menjadi
wirausahawan, seseorang bisa menantukan kapan waktunya dia bekerja
ataupun bersenang-senang, karena tidak ada peraturan yang mengikatnya.
Dari segi resiko, wirausahawan mempunyai
lebih banyak resiko, contohnya adalah resiko kerugian dari usahanya atau
bangkrut, karena hal itu pula seorang memilih untuk menjadi pegawai
karena mereka berpendapat menjadi pegawai tidak mempunyai resiko. Namun
bukankah menggantungkan penghasilan kepada orang lain merupakan resiko
juga? Bagaimana jika perusahaan tempat kita bekerja tersebut bangkrut?
Atau bagaimana jika perusahaan memutuskan kerja secara sepihak? Hidup
selalu mengandung resiko, karena hidup dan resiko merupakan kesatuan
yang tidak bisa di pisahkan. Resiko tersebut untuk dihadapi dan di
taklukan. Selain itu perlu di fikirkan apakah penghasilan yang diperoleh
sudah cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, masa depan anak atau
masa tua nanti.
Perbedaan mendasar lainnya adalah,
seorang wirausahawan akan selalu berfikir kreatif dan inovatif untuk
memajukkan usahanya, sedangkan pegawai terpaku pada sistem kerja yang
sudah ada. Namun demikian, menjadi seorang wirausahawan pun tentunya
bukan hal yang mudah, tetapi selama masih punya semangat dan mau bergaul
dengan orang lain maka tetap akan bisa survive. Wirausahawan
mengejar gairah dan tujuan mereka. Mereka tahu dengan persis apa yang
mereka ingin lakukan dalam kehidupan, yang terpenting seorang
wirausahawan melakukan sesuatu yang bermanfaat tidak hanya bagi
keluarganya, tapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat
umum di sekitarnya. Mereka bisa memberikan pengaruh positif pada orang
lain. Tiap entrepreneur memiliki sesuatu untuk diberikan pada masyarakat
dan perekonomian agar menjadi lebih baik. Wirausahawan menantang status
quo. Mereka tahu untuk bisa menjadi lebih baik dan makmur dari
sekarang mereka harus melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukan oleh
orang lain. Inilah mengapa banyak orang berpikir orang yang mendirikan
usaha sendiri adalah orang gila, namun wirausahawan selalu memiliki
alasan mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Tanyakan itu
pada setiap orang yang memiliki usaha. Mereka tahu alasannya. Alasan itu
biasanya dibangun atas dasar emosi dan gairah. Jadi, ketika harus
memilih alangkah lebih baiknya menjadi seornag wirausahawan, namun
wirausahawan yang berani, pandai melihat dan memanfaatkan peluang, tidak
peragu, tidak pemalu, cuek, dan cepat mengambil keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar